Indonesia tentu bangga dengan adanya anak-anak yang berusaha untuk
mengharumkan nama Indonesia di dunia Internasional. Berikut adalah contoh anak-
anak yang berprestasi di dunia Internasional.
1. Hibar Syahrul Gafur
Hibar Syahrul Gafur (14) siswa kelas VIII SMPN 1 Kota Bogor ini sukses meraih
medali emas dalam kompetisi International Exhibition of Young Investor (IEYI)
yang dilaksanakan di Malaysia dengan karya ciptaannya sepatu listrik anti
pelecehan seksual.
Jika dilihat, sepatu ini tidak berbeda dengan sepatu
wanita tipe wedges. Di dalam hak tebal sepatu, ada rangkaian listrik yang
dirancang khusus. Jika wanita merasa dalam bahaya, dia tinggal menginjak tombol
yang ada di bagian belakang sepatu.
"Listrik
ini bertenaga 450 watt. Tinggal tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual,
secara otomatis tegangan listrik akan menyerang pelaku" jelas Hibar.
2. Agasha
Kareef Ratam
Agasha Kareef Ratam, usianya masih sangat muda baru 15 tahun dan merupakan
alumnus dari SD Al-izhar Pondok Labu (Jakarta Selatan). Cucu dari mantan
presiden BJ Habbie ini lahir di Boston 21 November 1997. Tapi, di kancah
internasional Olimpiade Matematika prestasinya jangan diragukan lagi. Di
kompetisi tingkat dunia ini dia sudah berkali-kali mengharumkan nama Indonesia.
Bersama tiga orang temannya, Rezky Arizaputra (siswa SD Al Azhar 13 Rawamangun,
Jakarta Timur) Nicolas Steven Husada (siswa SD Universal Jakarta Utara) dan
Stanley Orlando (siswa SD Santa Ursula Jakarta) telah mengikuti Po Leung Kuk
13thPrimary Mathematics World Contest (PMWC) di Hongkong pada Juli 2010. Agasha berhasil merengkuh medali
emas (Kategori tim) dan perak (kategori individual).
3. Hania dan Fahma
ini berhasil menjuarai
APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) 2010 pada kategori Secondary Student
Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung / SMP Salman AL-Farisi Bandung,
Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya, Hania Pracika Rosmansyah (6
tahun).
Karya mereka merupakan kumpulan
program game edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk
ponsel Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor”
(Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika berhasil
mendapat apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional 2010 dan
memperoleh skor tertinggi sekaligus memboyong piala Juara (Winner) APICTA 2010 pada
kategori Secondary Student Project, disusul secara ketat dengan selisih skor
tipis oleh empat pemenang Merit Award (Runner-Up) pada kategori yang sama,
yaitu SpringGrass karya Chung Hwa Middle School BSB – Brunei, Auto Temperature
Descension Device by Solar Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia,
SimuLab karya Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine Strategy karya
Rayongwittayakom School – Thailand
Fahma
Waluya (12 tahun) dan adiknya Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk
peserta termuda yang berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun
penyelenggaraan kompetisi APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun
2001. Selama ini untuk kategori Secondary Student Project yang diikuti
siswa-siswa elementary, middle dan high school, pemenangnya berasal dari
siswa-siswa yang lebih senior (middle atau high school).
APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional
yang diselenggarakan secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran ICT (Information and Communication Technology) dalam masyarakat dan
membantu menjembatani kesenjangan digital.
4. Melody Grace Natalie dan Mariska Grace
Mereka adalah anak bangsa yang mengikuti dalam ajang International
Conference of Young Scientists (ICYS) 2013 yang diselenggarakan pada 15-22
April 2013 di Sanur, Denpasar, Bali. Pada ajang bergengsi untuk ilmuwan muda
tersebut, Indonesia berhasil meraih lima medali yang terdiri dari dua medali
emas, satu perak dan dua perunggu, serta tiga Special Awards.
Melody Grace Natalie (Stella Duce I Yogyakarta) berhasil meraih medali emas
dalam kategori Life Science dengan penelitiannya yang berjudul Potential of
Squid Eye Lenses as UV Absorber. Karya ilmiah yang diusungnya ini mengenai
pemanfaatan mata cumi-cumi untuk melindungi kulit dari bahaya sinar
ultraviolet.
Sedangkan, Mariska Grace (SMAK Cita Hati) yang sama-sama meraih medali emas
berhasil menjadi pemenang dalam kategori Environmental Science melalui
penelitiannya yang berjudul A Novel Approach in Using Peanut Shella to
Eliminate Copper Content in Water, dengan memanfaatkan kulit kacang untuk
mengurangi kadar ion tembaga di dalam air.
“Saya membuat sun block yang bisa
dibuat simpel oleh nelayan, sehingga nelayan bisa terhindar dari kanker kulit,”
ujar Melody Grace saat menjelaskan hasil penelitiannya.
5. Srihanik
Dilahirkan
dengan keterbatasan kemampuan mendengar serta berbicara, tidak membuat Srihanik
(17) berputus asa dalam menggapai prestasi. Karena kegigihannya itu, remaja
asal Dusun Becek, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Jawa
Timur, menjuarai lomba Desain Grafis Sekolah Luar Biasa tingkat Provinsi Jawa
Timur.
Dalam perlombaan Pendidikan Keterampilan yang digelar
di Surabaya, 23-25 Juli 2011 lalu itu, siswi yang duduk dikelas VIII SLB Dharma
Wanita, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri tersebut menyisihkan 19 peserta
utusan daerah lain se-Jawa Timur.
Ia berhasil menggondol juara pertama dengan mengusung
pembuatan poster serta pembuatan website beserta desainnya. Dalam website yang
mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia mengambil tema Bahaya Narkoba.
“Hingga pemenang diumumkan, saya tidak menyadarinya.
Sampai saya diberitahu untuk maju ke panggung. Saat menerima piala itu, saya
baru menangis haru,” ujar Srihanik sebagaimana diartikan oleh Nanda, guru
pembimbing desain, Rabu (27/7/2011).
Sementara itu, Nanda menuturkan, sebelum berlomba di
tingkat provinsi, Srihanik mengikuti seleksi antar SLB tingkat Kabupaten Kediri
yang digelar di Kecamatan Gurah pada 18 Juli lalu. Saat itu, lanjut Nanda,
putri pasangan Tukiman dan Sulastri, sama sekali belum mengenal komputer,
apalagi desain grafis.
“Namun karena kecerdasannya, dalam waktu dua hari saja
belajar, dia sudah mampu menyerap materi dengan baik,” bangga Nanda.
Dengan prestasi gemilangnya itu, Nanda menambahkan,
Srihanik otomatis berhak mewakili Jawa Timur dalam lomba serupa tingkat
Nasional yang akan digelar sekitar September nanti. “Saat ini kami bersiap
untuk event nasional itu,” pungkas Nanda.
Sebelumnya, Srihanik sempat dilarang bersekolah oleh
keluarganya. Sebab, selain kondisinya yang mengalami tuna rungu tuna wicara
itu, keluarganya juga hidup dalam keterbatasan ekonomi. Bapaknya, Tukiman,
hanya berprofesi sebagai pedagang kerupuk sambal di Pasar Tradisional
Pesantren, Kota Kediri.
Itu tadi adalah tokoh-tokoh inspirasi bagi kita untuk mengharumkan nama bangsa. Berusahalah untuk memajukan kehidupan bangsa...
0 komentar:
Posting Komentar